Pada mulanya, software face recognition mengandalkan foto wajah dua dimensi (2D) untuk dibandingkan, atau diidentifi kasi dengan foto wajah 2D lainnya dalam database. Untuk mendapatkan hasil yang efektif dan akurat, foto wajah yang diambil harus benar-benar menghadap kamera, dengan toleransi yang minim terhadap perbedaan caha ya dan mimik wajah dari gambar yang terdapat dalam database. Belum lagi perbedaan pencahayaan dan mimik wajah yang dapat mengakibatkan tidak dikenalinya foto wajah orang yang telah tersim pan di dalam database. Untuk mengatasi kelemahan inilah dikembangkan soft ware pengenal wajah yang menggunakan model tiga dimensi (3D).
1. Face Recognition 3D
Penggunaan model 3D dalam software face recognition diklaim memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi. Face recognition 3D ini menangkap foto permukaan wajah manusia secara 3D. Software ini mengenali bagian-bagian khusus pada wajah manusia, yakni jaringan otot dan tulang wajah yang menonjol, seperti bentuk cekungan mata, hidung, dan dagu. ace recognition 3D ini dapat mengenali wajah manusia dalam kegela pan dan dari sudut pandang yang berbeda, hingga 90 derajat. Ada pun urutan langkah-langkah soft ware ini dalam mengenali wajah manusia, antara lain:
• Deteksi – pengambilan foto wajah manusia yang dilakukan dengan men-scan foto 2D secara digital, atau menggunakan video untuk mengambil foto wajah 3D.
• •Penjajaran – saat berhasil mendeteksi wajah, software akan menentukan posisi, ukuran, dan sikap kepala. Software 3D mampu mengenali foto wajah hingga 90 derajat, sementara pada sofware 2D, posisi kepala harus menghadap kamera paling tidak 35 derajat.
• Pengukuran – software mengukur lekukan yang ada di wajah menggunakan skala sub-milimeter (microwave), dan membuat template.
• Representasi – template tersebut diter jemahkan ke dalam sebuah kode
unik, yang merepresentasikan se tiap wajah.
• Pencocokan – jika foto wajah yang telah direpresentasikan dan ke tersediaan foto wajah dalam data base sama-sama 3D, proses pencocokan dapat langsung dilaku kan. Namun, saat ini masih ada tan tangan untuk mencocokkan rep re sentasi 3D
dengan database foto 2D. Teknologi baru kini tengah menjawab tantangan ini. Ketika foto wajah 3D diambil, software akan mengidentifi kasi beberapa titik (biasanya tiga titik), antara lain mata bagian luar dan dalam, serta ujung hidung. Berdasarkan hasil pengukuran ini, software akan mengubah gambar 3D menjadi 2D, dan membandingkannya de ngan gambar 2D yang ada dalam database.
• Verifi kasi atau Identifi kasi – veri fi kasi adalah pencocokkan s atu be rbanding satu, misalnya foto wajah yang diambil dicocokkan de ngan database dari DPO kasus perampokan. Software akan langsung memberitahukan iden titas DPO tersebut. Sedangkan identifi kasi ada lah pembandingan foto wajah yang diambil dengan seluruh gambar yang memiliki kemiripan dalam database, termasuk DPO dari kasus lain.
• Analisis Tekstur Wajah – kemajuan dalam software face recognition ada lah penggunaan biometrik kulit, atau keunikan tekstur kulit untuk meningkatkan akurasi hasil pencocok kan. Namun, terdapat bebe rapa faktor yang menyebabkan proses analisis tekstur ini tidak dapat bekerja, misalnya pantulan cahaya dari kacamata, atau foto wajah yang menggunakan kacamata matahari. Faktor penghambat analisis lainnya adalah rambut panjang yang menutupi bagian tengah wajah, pencahayaan yang kurang tepat (yang mengakibatkan foto wajah menjadi kelebihan atau kekurangan cahaya), serta resolusi yang rendah (foto diambil dari kejauhan).
[SUMBER : PC Mild]